TIMES PALANGKARAYA, PROBOLINGGO – Rampungnya pembangunan jembatan darurat di Dusun Kedaton, Desa Andungbiru, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, memang membawa angin segar bagi mobilitas warga.
Namun, keterbatasan jembatan yang hanya mampu menopang kendaraan roda dua memunculkan tantangan baru, utamanya pada sektor pelayanan kesehatan darurat.
Kondisi ini menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Probolinggo. Pasalnya, di wilayah terdampak tersebut terdapat kelompok rentan yang membutuhkan pemantauan intensif, yakni enam orang ibu hamil. Terputusnya akses roda empat dikhawatirkan menghambat proses rujukan jika terjadi kondisi gawat darurat.
Menyikapi risiko tersebut, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo, dr. Hariawan Dwi Tamtomo menyampaikan, pihaknya telah menginstruksikan jajaran tenaga kesehatan di wilayah setempat untuk menerapkan strategi "jemput bola".
"Pelayanan tidak boleh terputus hanya karena akses yang sulit. Kami telah menyiagakan tenaga medis langsung di lokasi terdampak. Petugas kami yang mendatangi warga, melakukan pemeriksaan rutin kehamilan di rumah warga (door to door), memastikan kondisi ibu dan janin tetap terpantau," tegas dr. Hariawan.
Siapkan Rumah Singgah Jelang Persalinan
Kewaspadaan Dinkes meningkat mengingat dari enam ibu hamil tersebut, satu di antaranya telah memasuki trimester akhir dan diperkirakan akan melahirkan (HPL) pada Januari 2026 mendatang.
Dengan kondisi jembatan darurat yang belum bisa dilalui ambulans atau kendaraan roda empat, risiko medis saat proses persalinan menjadi sangat tinggi jika tetap bertahan di dusun tersebut.
Sebagai langkah mitigasi, dr. Hariawan telah menyiapkan skema relokasi atau evakuasi dini. Langkah ini diambil untuk mendekatkan ibu hamil dengan Fasilitas Kesehatan (Faskes) yang memadai sebelum tanda-tanda persalinan muncul.
"Kami tidak ingin mengambil risiko. Jika waktu persalinan semakin dekat, ibu hamil tersebut akan kami evakuasi lebih awal. Kami akan pindahkan ke rumah singgah yang telah disiapkan atau ke kediaman kerabatnya yang lokasinya dekat dengan Puskesmas atau rumah sakit," jelasnya.
Langkah preventif ini dinilai krusial untuk menghindari situasi darurat di tengah malam atau saat cuaca buruk, yang bisa membahayakan nyawa ibu dan bayi akibat kendala transportasi.
"Keselamatan ibu dan bayi adalah prioritas mutlak kami. Dengan mendekatkan mereka ke Faskes, penanganan medis dapat dilakukan dengan segera dan standar keselamatan tetap terjaga," pungkas Hariawan.
Upaya jemput bola dan skema relokasi ini diharapkan mampu memberikan rasa aman bagi warga Dusun Kedaton, sembari menunggu proses pemulihan infrastruktur jembatan secara permanen yang direncanakan pada tahun mendatang. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Akses Terbatas Pasca Banjir, Pemkab Probolinggo Siapkan Skema Relokasi Warga Rentan
| Pewarta | : Abdul Jalil |
| Editor | : Ronny Wicaksono |