TIMES PALANGKARAYA, JAKARTA – Setelah mengusik Jepang, China yang latihan bersama Rusia juga mengusik Korea Selatan setelah tujuh pesawatnya beberapa kali memasuki zona identifikasi pertahanan udara negeri ginseng itu.
Korea Selatan Selasa kemarin, Korea Selatan mengerahkan jet tempurnya "sebagai persiapan untuk segala kemungkinan" setelah tujuh pesawat Rusia dan dua pesawat China memasuki zona identifikasi pertahanan udaranya.
Kepala Staf Gabungan di Seoul mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pesawat Rusia dan China memasuki Zona Identifikasi Pertahanan Udara Korea sekitar pukul 10 pagi waktu setempat (1:00 GMT), tetapi tidak melanggar wilayah udaranya.
Militer Korea Selatan menjelaskan bahwa mereka telah memerintahkan pengerahan "jet tempur untuk mengambil tindakan taktis guna mengantisipasi keadaan darurat apa pun."
Zona identifikasi pertahanan udara lebih besar dari wilayah udara dan dikendalikan oleh suatu negara karena alasan keamanan, meskipun konsep tersebut tidak didefinisikan dalam perjanjian internasional mana pun.
Sementara Kementerian Pertahanan China mengonfirmasi bahwa mereka telah melakukan latihan dengan militer Rusia sesuai dengan "rencana kerja sama tahunan".
Kementerian tersebut mencatat bahwa latihan tersebut berlangsung pada hari Selasa di Laut Cina Timur dan Samudra Pasifik , dan menggambarkan manuver tersebut sebagai "Patroli Udara Strategis Gabungan ke-10".
Kementerian Pertahanan Rusia juga mengatakan latihan tersebut berlangsung selama 8 jam dan mengakui beberapa pesawat tempur asing melacak pesawat Rusia dan China seraya menambahkan bahwa pada tahap tertentu rute tersebut, jet tempur dari negara asing mengikuti pesawat pengebom strategis tersebut.
Nama Republik Rakyat Tiongkok
Soal dengan Jepang, dalam pertemuan dengan menteri luar negeri Jerman, Selasa (9/12/2025) kemarin, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan bahwa Jepang mengancam China secara militer.
Wang Yi mengatakan ancaman Ajepang itu sama sekali tidak bisa diterima.
Namun sebelumnya Jepang mengatakan, bahwa jet tempur China jistru mengarahkan radar mereka ke pesawat militer Jepang.
Jepang sendiri mengecam pertemuan itu sebagai tindakan berbahaya, meskipun China menyalahkan Jepang karena mengirim pesawat untuk berulang kali mendekati dan mengganggu angkatan laut China saat sedang melakukan pelatihan penerbangan berbasis kapal induk yang diumumkan sebelumnya di sebelah timur Selat Miyako.
Hubungan China-Jepang memburuk sebulan terakhir sejak Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi memperingatkan bahwa Jepangbisa menanggapi tindakan militer China terhadap Taiwan jika hal itu juga mengancam keamanan Jepang.
Kepada Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul di Beijing, Wang mengatakan, bahwa mengingat tahun ini adalah peringatan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia Kedua, Jepang, "sebagai negara yang kalah", seharusnya bertindak dengan lebih hati-hati.
"Namun kini, pemimpinnya saat ini mencoba mengeksploitasi masalah Taiwan, wilayah yang dijajah Jepang selama setengah abad, dan melakukan banyak kejahatan terhadap rakyat China untuk memprovokasi masalah dan mengancam China secara militer. Ini sama sekali tidak bisa diterima," ujar Wang, menurut kantor berita resmi China, Xinhua.
Jepang menjalankan Taiwan sebagai koloni dari tahun 1895 hingga 1945, dan pada akhir perang diserahkan kepada pemerintah Republik Tiongkok, yang kemudian melarikan diri ke pulau itu pada tahun 1949 setelah kalah dalam perang saudara dengan komunis Mao Zedong.
Wang mengatakan, pemimpin Jepang baru-baru ini membuat pernyataan sembrono mengenai situasi hipotetis di Taiwan.
"China menetapkan status Taiwan adalah sebagai wilayah China dan telah ditegaskan serta tidak bisa diubah lagi oleh serangkaian fakta sejarah dan hukum yang kuat," tambah Wang.
Namun pemerintah Taiwan menolak klaim bahwa Taiwan adalah bagian dari teritorial China. Taiwan telah berulang kali menuduh China memutarbalikkan sejarah, dengan mengatakan Republik Rakyat Tiongkok tidak ada pada tahun 1945. Republik Tiongkok tetap menjadi nama resmi Taiwan.
Namun Wang beragumen dengan mengatakan bahwa karena Republik Rakyat Tiongkok adalah negara penerus Republik Tiongkok, maka "secara alami" Tiongkok memiliki kedaulatan atas Taiwan.
Berbicara di Taipei, juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan Hsiao Kuang-wei mengatakan, pulau itu sama sekali bukan bagian dari Republik Rakyat Tiongkok dan tidak pernah diperintah oleh mereka.
"Hanya pemerintah Taiwan yang dipilih secara demokratis yang bisa mewakili 23 juta rakyat Taiwan di komunitas internasional dan dalam lingkungan multilateral," ujarnya.
Ditanya tentang pembenaran Beijing atas penggunaan radar pada jet militer Jepang pada akhir pekan, Kepala Sekretaris Kabinet Minoru Kihara mengulangi pendirian Tokyo yang membantah karakterisasi China atas insiden tersebut.
"Penerangan sinar radar yang terputus-putus merupakan tindakan berbahaya yang melampaui batas aman dan perlu," ujarnya dalam konferensi pers pada hari Selasa.
Ia menolak mengonfirmasi laporan media yang menyebutkan China tidak menanggapi panggilan Jepang selama insiden pada hotline bilateral yang didirikan pada 2018. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Setelah Mengusik Jepang, China Juga Mengusik Korea Selatan
| Pewarta | : Widodo Irianto |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |